Pagi itu, terdengar suara bising dari depan rumah. Ayumi yang sedang nyenyak tidur sontak bangun karena terganggu. Dia berjalan keluar kamar dengan perasaan dongkol.
Ayumi membuka pintu kamar dengan kondisi setengah sadar, “Aah, ada apaan sih ini? Masih pagi juga uda berisik gini!!”
“Itu neng, ada keluarga yang mau pindah ke rumah di depan,” jawab bi Ana.
“Pindahan? Dari mana?”
“Kurang tau neng,”
“Ou, ya uda deh,”
Ayumi kembali masuk ke kamar,”pukul 1 terlalu cepat untuk bangun,” gumamnya sambil menarik selimut.
Jam 6.30, Ayumi siap berangkat sekolah. Setelah sarapan, mempersiapkan semua perlengkapan sekolah dan merapikan diri, Ayumi menenteng sepatunya dan duduk di kursi diteras depan rumah. Ketika sedang mengikat tali sepatu, HPnya bernyanyi nyaring.
“Pagi,” sambutnya dengan riang.
“Pagi juga beph,” jawab seseorang di sebrang telepon.
“Jadi kan jemput aku? Aku uda siap nih, lagi pake sepatu,”
“Hhm, maaf yah, kayanya gak bisa deh,”
“Kok gitu?”
“Maaf yah, kapan-kapan aja aku jemputnya. Gak papa kan?”
“Ya uda deh, gak papa kok,”
Dengan kecewa, telepon terputus.
Ayumi berdiri, siap mengambil langkah dan berangkat sekolah. Tapi mobil yang membawa barang pindahan tetangga itu menghalangi jalannya, mobil itu tepat didepan pagar rumahnya. Sehingga dia harus berteriak memanggil pemilik mobil itu untuk memindahkannya,”Woy !! Mobilnya jangan disimpen disini donk !! Aku gak bisa keluar nih,” tak lama kemudian seorang laki-laki seumuran dengannya, sekitar 17 tahunan datang dan meminta maaf,”Oh, maaf, tunggu sebentar, aku pindahin mobilnya dulu,”. “Cepetan !!” teriak Ayumi.
Setelah mobil berpindah, Ayumi keluar dengan muka cemberut. Laki-laki itu mengejar Ayumi,”Maaf, tadi mobil aku ngalangin jalan kamu,” sapanya,”Gak papa,” jawab Ayumi tanpa melihat laki-laki itu dan melanjutkan langkahnya.
Sesampainya disekolah, Ayumi disambut oleh Aisy, teman dekatnya sejak SMP.
“Hey, kamu putus sama Romi?” tanya Aisy tanpa menyapa.
“Hah? Maksud kamu?”
“Tadi aku liat Romi bawa cewek, kirain kamu. Pas uda deket ternyata bukan kamu. Seragamnya sih sama kaya seragam Romi,” jelas Aisy.
“Yang bener? Temen sesekolahnya mungkin,”
Ayumi merasa ragu dengan Romi. Pertama, Romi yang biasanya mengucapkan selamat malam setiap sebelum tidur, tadi malam menghilang ditelan malam. Kedua, membetalkan janjinya untuk mengantar Ayumi ke sekolah. Dia menelpon Romi untuk memastikan.
“Hallo, ada apa?” jawab Romi.
“Cewek yang tadi siapa?”
“Cewek yang mana?”
“Jangan belagak bego deh, cewek yang tadi bareng kamu siapa?”
“Dapet gossip dari mana sih kamu?”
“Aisy bilang ke aku barusan. Mentang-mentang beda sekolah, kamu jadi gampang banget selingkuh,” suara Ayumi bergetar.
“Aku pacar kamu, kamu gak percaya sama aku? Uda deh, jangan dengerin orang lain, tadi aku gak sama cewek kok,”
Romi menjelaskan semuanya dengan penuh kebohongan. Ayumi percaya begitu saja dan melupakan semua omongan Aisy.
Pulang sekolah, Ayumi dan Aisy pergi ke minimarket dekat sekolah untuk membeli camilan. Setelah selesai, mereka menunggu kendaraan umum didepan minimarket. Tiba-tiba Romi melewati mereka bersama seorang perempuan. Ayumi melihatnya dengan diam. “Yang kamu bilang itu bener,” bisiknya. “Apa?” tanya Aisy. “Udalah, ayo pulang,”
Setelah turun dari kendaraan umum, Ayumi berlari menuju rumahnya dengan menangis. Di depan pagar rumahnya, laki-laki yang tadi pagi menghalangi jalannya. “Kamu kenapa?” tanyanya heran. Ayumi hanya menatap laki-laki itu sambil menangis tanpa menjawab lalu berlari masuk kerumah.
Ayumi mengirim pesan singkat ke semua nomor dikontak HPnya, ”WEEKEND YANG MENYEDIHKAN !! Aku benci hari ini. Kecewa !!”
Malam harinya Ayumi berdiri menghadap keluar dari jendela kamarnya. Dia melihat laki-laki itu lagi di sebrang sana, duduk sambil memainkan gitar hitam dengan garis putih dan bernyanyi. Ayumi mencoba mendengarkan. Samar.
But hold your breathe
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again don’t make me change my mind
Or I won’t live to see another day
I swear it’s true
Because a girl like you impossible to find
You’re impossible to find
So breathe in so deep
Breathe me in
I’m yours to keep
And hold onto your words
Cause talk is cheap
And remember me tonight
When you’re asleep
Ayumi tersenyum mendengar laki-laki itu bernyanyi, meski hanya samar. Laki-laki itu berhenti bernyanyi, dia melihat kearah Ayumi dan tersenyum tapi Ayumi langsung menutup tirai jendela dan merebahkan tubuhnya ke kasur. Terbanyang tetangga barunya. “He’s friendly, but why am I do the bad thing like that? I’m so cruel,” gumamnya. Tiba-tiba HPnya berdering, dari Romi !! Ayumi segera membuka dan membacanya.
From : Romi Pradeta Arvieda Zavin
Mending kita udahin aja hubungan kita, aku uda gak sayang lagi sama kamu. Lagian aku uda dapet pengganti kamu. Makasih buat semuanya.
Ayumi menahan air matanyadan membalas SMS Romi.
Putus ?? It doesn’t matter, you’re not the one in the world. There’s so many many boys that better than you !!
Kesal.
Pagi harinya, dihari minggu ini Ayumi tidak ingin ada yang mengganggu semua aktivitasnya dari bangun tidur sampai kembali tidur. Dia mematikan HP dan hanya bermalas-malasan dirumah. Tapi tetap saja ada pengganggu kecil dirumah, tak lain adalah Erlan, adiknya yang masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Erlan memang sangat nakal, sampai hampir kabur dari rumah. Tapi dia termasuk anak pintar disekolahnya.
Sekitar pukul 6, ketika Ayumi sedang membaca novel dikamar, Erlan menerobos masuk,”Kakak !! Aku pinjem pensil donk,” teriaknya. “Ambil aja di tempat pensil di meja,” jawab Ayumi acuh.
Erlan mengambil satu pensil,”Yang ini boleh?”
“Boleh,”
“Eh, yang ini aja deh, boleh?”
“Iya,”
“Eh, gak mau yang ini !!”
“Uda, lu ambil aja semua pensil gue !! Asal jangan ganggu gue !!” bentak Ayumi, lalu pergi keluar kamar. Di depan pintu kamarnya, bi Ana berdiri dengan memegang boneka kelinci kecil berwarna putih dengan kertas kecil tergantung ditelinganya.
“Neng, ini ada …”
“Jangan ganggu aku bisa gak ?” Ayumi memotong kata-kata bi Ana dengan emosi dan berlalu pergi keluar rumah.
Ayumi duduk dikursi diteras depan. Memandang kosong kearah rumah depan, yang kemarin baru ditempati tetangga barunya. Tak lama, laki-laki itu keluar dari balik pintu dengan memakai T-shirt, celana selutut dan sepatu kets. Dia meregangkan tangan dan kakinya lalu berjongkok untuk mengencangkan tali sepatunya dan mulai berlari pagi mengelilingi kompleks perumahan yang dia tinggali sekarang.
Ayumi segera mengambil sepatu kets putih dan memakainya, dia ingin mengejar laki-laki itu, ingin meminta maaf atas perlakuannya kemarin. Setelah selesai memakai sepatu, Ayumi berlari mengejar. Setelah melewati beberapa rumah, dia menemukan sosok laki-laki itu.
Ayumi terus mengejar. Tapi setelah berlari jauh, Ayumi berfikir, untuk apa dia membuntutinya dengan jarak meter tanpa tegur sapa dan tidak juga hanya sekedar untuk saling melihat, hanya berlari menyusuri jalan. Sampai di tepi danau, laki-laki itu berhenti dan duduk dibawah pohon. Menyandar dan termenung menengadah kosong kelangit yang masih berwarna jingga. Sedangkan Ayumi duduk dikursi dekat pohon sebelah barat dari tempat laki-laki itu.
Hanya bergitu sampai siang. Memang tidak ada aktivitas yang berarti disana, hanya untuk mendapatkan rasa relax.
Laki-laki itu bernyanyi dengan pelan.
Take me with you
I will never let you down
I will love you now and forever
Take me with you
I will never let you down
I will love you now and forever
Suaranya semakin pelan dan terhenti. Terisak.
Laki-laki itu lalu berdiri dan berjalan pulang. Ayumi kembali mengikuti. Tapi mereka terpisah. Ayumi kembali ke danau, ingin lebih lama berada disana dan menenangkan diri. Setelah 30 menit, Ayumi memutuskan untuk pulang. Dijalan, Ayumi menikmati landscape disana. Memang panas, tapi indah. Dipinggir sepanjang jalan, tumbuh pohon-pohon cemara. Sepi. Tenang.
Setelah hampir sampai rumah, Ayumi melihat bendera kuning dan banyak orang didepan pagar rumahnya. Dia berlari menuju rumah dengan rasa penasaran. Dia juga melihat laki-laki itu berdiri tepat disamping pagar rumah memakai baju putih melihat kearah rumahnya. Terisak.
“Hey, kenapa?” tanya Ayumi. “Siapa yang …” Ayumi berhenti, melihat kearah rumahnya dan segera masuk. Diruang depan, semua keluarga Ayumi menangis tak terkecuali adiknya yang nakal, Erlan.
“Pada nangisin apa sih ?” tanya Ayumi heran. Tapi tak seorang pun menjawab. Ayumi berjalan menuju kamarnya, disana ada Mamahnya yang sedang duduk dikasur memeluk fotonya sambil menangis. Ditemani Papanya yang duduk disebelah Mamahnya.
Ayumi semakin heran,”Mah, Pah, kenapa sih? Kok pada nangis?” tapi tetap tak ada yang menjawab,”Jawab donk, ada apa?” yang terdengar hanya isak tangis.
Ayumi melihat ke meja, ada sebuah boneka kelinci kecil, ditelinganya tergantung kertas kecil bertuliskan…
Hai, aku tetangga baru kamu.
Aku cuma heran aja sama sikap kamu ke aku. Aku uda bikin salah yah sama kamu ? Maaf yah .. Aku Figo, pindahan dari Bogor, aku harap kita bisa jadi temen. Bisa ? :)
Ayumi tersenyum. “Ou, namanya Figo. Kayanya orangnya baik juga,” gumamnya. Tiba-tiba suara Mamahnya menyelinap pelan,”Mamah belum siap, Pah,” Ayumi menoleh kea rah Mamahnya. Heran.
“Sudahlah, Mah. Biarkan Ayumi tenang disana,” Papa mangusap pundak Mamah. Membiarkannya tenang.
“Mah, Pah, Ayumi disini. Kalian bisa liat Ayumi kan? Ayumi disini, Mah, Pah !!” Ayumi berteriak. “Ayumi masih disini, disamping kalian…” suaranya semakin pelan.
###
Flash Back …
Pagi hari ketika Ayumi mengejar laki-laki itu, Ayumi berlari keluar pagar tanpa menoleh kanan kiri. Setelah berlari beberapa langkah dari pagar rumah, sebuah mobil melaju kencang dan menabraknya sampai terjatuh dan berlumuran darah dijalan depan rumahnya.
Laki-laki itu mendengar suara tabrakan itu dan menoleh ke belakang. Setelah tahu bahwa yang tertabrak itu adalah tetangga depan rumahnya, dia melanjutkan berlari. Di danau dia memutuskan untuk berhenti dan menahan diri disana sampai bekas kejadian itu hilang. Hanya ingin sendiri.
###
Ayumi menghampiri laki-laki itu, yang baru dia ketahui namanya, Figo. Hanya untuk sekedar memegang tangannya dan meminta maaf atas semua perkaluan Ayumi padanya. Tapi tangan Ayumi tidak bisa meraih tangan Figo yang masih terisak. Menembus. Sekeras apapun Ayumi berteriak, Figo tidak akan mendengarnya. Percuma. Sia-sia.
Figo tertunduk,”Memang baru ketemu kemaren, tapi I feel that te amo, Ayumi, I know it too fast,” berbisik pada dirinya sendiri.
Categories: